Friday 29 February 2008

JENIS DARI TRANSPLANTASI SEL STEM (SEL INDUK)

Sel Stem atau disebut juga sel induk adalah sel darah imatur yang dapat berproliferasi dan berdiffensiasi menjadi sel darah dewasa (matur), seperti sel darah merah, sel darah putih atau keping darah. Sel induk ini terbentuk di sumsum tulang (bone marrow). Sel stem yang berada di sumsum tulang dapat diambil secara langsung, maka area yang diambil biasanya berasal dari ileac crest. Proses ini harus dilakukan di kamar operasi. Sumsum tulang yang diambil berkisar 1,8 hingga 2,2 liter. Sumsum tulang ini terdiri dari campuran sel darah, plasma darah dan sel stem. Perawat Apheresis kemudian memisahkannya berdasarkan berat dari sel tersebut. Plasma darah adalah yang paling ringan , komponen ini tidak dipergunakan. Sel darah (biasanya adalah sel darah merah), diberikan kembali ke donor dan sel stem dipergunakan untuk transplantasi. Bila sel stem diambil dari darah tepi (peripheral), GCSF atau GMCF dipergunakan untuk menstimulasi sel stem bersikulasi di peredaran darah tepi.
Pertama-tama, kemoterapi dosis tinggi dengan atau tanpa radioterapi diberikan ke pasien untuk menghancurkan sumsum tulang. Kemudian sel stem diberikan sehingga sel stem yang baru dapat menolong menggantikan fungsi sumsum tulang yang lama yang sudah rusak.
Ada 3 jenis transplantasi sel stem:
1. Allogenik (Allograft) - berasal dari orang lain bukan dari pasien.
Donasi mungkin dari match atau mismatch sibling, keluarga dekat atau dari orang lain yang tidak ada hubungan darah yang disebut juga Matched Unrelated Donor (MUD). Dipergunakan untuk berbagai macam gangguan darah. Harus diberikan langsung (fresh) sebelum 72 jam. Bila tidak, harus dibekukan dengan cryopreservation setelah dilakukan kemoterapi pre transplant (conditioning).
Cord Blood, diambil dari ari-ari bayi yang baru lahir dan disimpan di Cord Blood Bank. Diberikan kepada pasien dari 2 ari-ari bayi yang berbeda (Double Cord Blood Transplant). Hitung CD34 positive pada cord blood biasanya kecil, jadi dibutuhkan 2 kantong.
Mini Allogenik, hampir sama dengan allogenik, tetapi penerima donor mendapatkan dosis kemoterapi yang lebih rendah (non-myeloblative) dengan atau tanpa radioterapi. Keuntungan metode ini, mengurangi efek samping dari kemoterapi sehingga pasien yang sebelumnya mungkin tidak dapat di transplantasi menjadi dapat, contohnya orang tua, dan pasien yang tidak pernah mendapatkan remisi. Suksesnya terapi ini bergantung pada mekanisme Graf Versus efek dari tumor (GVT).
2. Otologus (dari pasien sendiri)
Pasien mendonasikan sel stemnya sendiri yang kemudian diberikan kembali pada saat yang tepat sesudah kemoterapi dosis tinggi.
Indikasi: Tidak ada donor yang tersedia, tidak ada indikasi untuk mendapatkan allogenik.
3. Singenik
Transplantasi antara dua kembar identik.
(Dari berbagai sumber)